|
|||
Tugas |
|||
SEMIOTIKA |
OLEH :
KELOMPOK VI
KETUA : Muhammad Syahid
TEMAN KELOMPOK : Saswita Wikayani
: Sri Wahyuni.K
: Haryani
: Isra
Wahyuni
FAKULTAS ILMU BUDAYA
JURUSAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI
T/A 2015
BAB I
PENDAHULUAN
Analisis struktural puisi adalah analisis puisi ke dalam
unsur-unsurnya dan fungsinya bahwa setiap unsur itu mempunyai makna hanya dalam
kaitannya dengan unsur-unsur lainnya, bahkan juga berdasarkan tempatnya dalam
struktur.
Puisi yang kami analisis, pada kesempatan kali ini adalah
puisi yang berjudul “O, Duri” yang di ambil dari sebuah blog yaitu “Rumah
Puncak Puisi” karya Iwan Konawe. Juga
pada analisis puisi ini dari kelompok kami menggunaka dua pendekatan yakni pendekatan structural dan pendekatan semiotic.
Analisis struktural meliputi, struktur fisik dan struktur
batin puisi. Struktur fisik (surface structure) terdiri dari
perwajahan puisi (tipografi), diksi, imaji, kata konkret, rima dan irama. Sedangkan struktur batin (deep
structure) terdiri dari tema (sense), rasa (feeling), nada (tone),
dan amanat (intention). Sedangkan
analisis menggunakan pendekan semiotic adalah pendekatan yang analisisnya
mempertimbangkan tentang tanda yang mempunyai makna, Untuk mudahnya, baiklah di bawahini
akan di kutip kembali puisi tersebut secara lengkap.
o, duri
o, duri, adakah kau beri aku cena
o, onak, adakah kau pula menjerat raga
seperti kau berikan radangan kelu
pada penyair dan pengagum senja
yang sepi melawan balau
o, duri, adakah kau beri aku cena
o, onak, adakah kau pula menjerat raga
seperti kau berikan radangan kelu
pada penyair dan pengagum senja
yang sepi melawan balau
kolaka, 26 agustus 2007
BAB II
KAJIAN ANALISIS
A.
Pendekatan Struktural,
berbicara tentang pendekatan structural berarti kita kembali mengingat penjelasan
di atas bahwa untuk menganalisis puisi menggunakan pendekatan strukturalnya itu
di dalamnya ada dua jenis structural
yaitu sebagai berikut:
1.
Struktural fisik
(surface structure)
a.
Perwajahan puisi
(tipografi)
Tipografi merupakan bentuk fisik atau
penyusunan baris-baris dalam puisi.Peranan tipografi dalam puisi adalah untuk menampilkan aspek artistik visual dan
untuk menciptakan nuansa makna tertentu.
Puisi O,Duri karya Iwan Konawe memiliki tipografi
yang semi konsisten. Puisi ini terdiri dari satu bait dan
terdapat lima baris kalimat yang beberapa barisnya memiliki kesamaan dalam penggunaan hruf akhiran yakni huruf a dan u. Jumlah baris
untuk bait pada puisi ini berpola 1-1. Yaitu lima baris pada
baitnya.
b.
Diksi
Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam
puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan
banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan
kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan
urutan kata.
Dalam puisi o,duri ini, Iwan Konawe seperti biasa memilih kata-kata yang sederhana namun
indah dan penuh makna. Pemilihan
kata yang Iwan lakukan membuat
pembaca sajak ini merasakan dengan jelas suasana hati Iwan dan membuat puisi ini lebih bernyawa.
c. Imaji
Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan
pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan.
Dalam puisi ini Iwan konawe tidak memunculkan
teknik imaji yang dominan. Hanya saja dengan kelebihannya, Iwan Konawe masih saja mampu membut pembaca merasakan apa yang ia
rasakan. Satu baris yang mungkin masih bisa digolongkan pada pengimajian adalah
“o,
onak, adakah kau pula menjerat raga”. Baris ini mengajak kita membayangkan situasi saat-saat kata menjerat raga
tertuju pada kita.
d.
Kata Konkret
Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang
memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau
lambang. Misal kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan
hidup, dll., sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat
kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.
Dalam setiap penulisan puisinya, Chairil Anwar selalu memunculkan kata
konkret sebagai ciri khasnya. Begitu pula halnya dengan puisi Penerimaan ini.
Kata konkret pada puisi ini terwujud dalam baris “o, onak, adakah kau pula menjerat raga”.
Onak, selalu identik
dengan sebuah duri / ranjau, namun bukan Iwan Konawe namanya bila ia tidak menjadikan karyanya berbeda. Maka
ia pun menulis o,onak,.
e.
Rima dan irama
Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir
baris puisi. Sedangkan irama adalah lagu kalimat yang digunakan penyair dalam
mengapresiasikan puisinya.
Puisi ini memiliki rima yang
konsisten karena tiga baris di antaranya puisi ini berakhiran huruf a dan dua baris di antaranya berakhiran huruf u.
Sedangkan
irama yang digunakan menggunakan irama yang menunjukkan keteguhan hati penyair
dalam mempertahankan prinsipnya meski ia telah mendapat
banyak cobaan . Irama yang dihasilkan terkesan menyiksa
karena susuanan kata pada tiap barisnya
sendiri tersusun dari kata-kata yang mengandung
makna penyiksaan.
2. Struktur batin (deep structure)
a. Tema (sense)
Media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan
makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun
makna keseluruhan. Dalam puisi ini Iwan
mengangkat
tema penyiksaan. Yaitu tentang seorang lelaki
yang ingin keluar dari cengkraman duri
yang membuatnya terkurung dalam kegelisahan. Ini tergambar dari baris pertama dan
kedua.
o, duri, adakah kau beri aku cena
o, onak, adakah kau pula menjerat raga
o, onak, adakah kau pula menjerat raga
Lelaki
ini pun ingin mengatakan atau mengungkapkan apa yang dia rasakan namun sulit
rasanya ia untuk mengatakannya langsung sehingga ia memutuskan untuk mengandai-andai atau mengumpamakan tentang
apa yang di rasakannya, melalui berbagai hal baik itu sifatnya benda, atau
apapun. hal ini terlihat pada lanjutan puisi ini di baris ke tiga, keempat dan
ke lima
seperti kau
berikan radangan kelu
pada penyair dan
pengagum senja
yang sepi
melawan balau
b. Rasa (feeling)
Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang
terdapat dalam puisinya. Dalam hal ini penyair merasakan semangat pengharapan
dengan sedikit kecemasan bahwa apa yang dia
alami selama ini akan terus begitu saja tampa ada perkembangan.
c. Nada
(tone)
Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga
berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada
menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah,
menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap
bodoh dan rendah pembaca, dll.
Pada puisi o,duri ini, Iwan konawe menuangkan
perasaan harap-harap cemas dan ketakutan.
Pengharapan yang ia rasakan dikarenakan pada dasarnya ia ingin keluar dari rasa ketakutan
tersebut.
d.
Amanat (intention)
Pesan yang ingin disampaikan oleh Iwan Konawe secara khusus
tentu ditujukan kepada kata
si Kau dan Penyair itu sendiri. Yaitu agar ia
mempertimbangkan penawaran Iwan
dan memutuskan
dengan tegas keputusan yang akan dia ambil
oleh si aku tersebut
B. Pendekatan semiotic,metode analisis
yang kami dapatkan pada tahap ini yaitu dapat
di lakukan dengan dua tahapan utma
yaitu:
Pertama,
mealalui pembacaan Heuristik,
tahapan ini terkait dengan sifat semiotika bahasa puisi yang membangun makna
(significan) tunggal dan memusat sehingga terlebih dahulu puisi di baca menurut
konvensi bahasa yang bersifat mimetic sehingga otomatis akan menimbulkan
berbagai kemungkinan arti (meaning) yang terpecah. Pada pembacaan Heuristik di
coba untuk memusatkan arti (meaning) yang beraneka ragam dan terpecah itu dalam
satu makna tunggal. Akan tetapi menurut Riffatere pencapaian makna tunggal yang
memusat secara konvensi bahasa belum mencukupi untuk memahami makna puisi yang
sesungguhnya, bahkan akan di temukan masalah akibat adanya gaya bahasa puisi
yang sifatnya tidak konsisten dengan dengan konteks sehingga akan sulit
memahami maksud yang sesungguhnya.maka analisis harus di lanjutkan pada tahap,
Kedua yaitu, melalui pembacaan
hermeneutic, yaitu pembacaan berdasarkan konvensi sastra atas struktur teks
seperti halanya puisi sufistik dalam konvensi sastranya sering menggunakan
metaphor-metaforaspesifik yang bias sifatny pengubahan makna, penciptaan makna
baru, ataupun perusakan makna.
Meskipun
dari kelompok kami belum bisa memahi makna puisi ini secara sesungguhnya namun setidaknya mampun memberikan sedikit
gambaran, ungkapan tentang perasaan yang dimiliki si penyair maka dari itu kami
hanya menggunakan tahapan pertama yaitu melalui pembacaan Heuristik dalam hal
ini untuk menganalisis puisi Iwan Konawe. di karenakan bait pada
puisi hanya berjumlah satu bait dan lima baris kalimat. Untuk lebih jelasnya
kami akan memperlihatakn kembali kutipan puisi secara lengkap.
o, duri
o, duri, adakah kau beri aku cena
o, onak, adakah kau pula menjerat raga
seperti kau berikan radangan kelu
pada penyair dan pengagum senja
yang sepi melawan balau
o, duri, adakah kau beri aku cena
o, onak, adakah kau pula menjerat raga
seperti kau berikan radangan kelu
pada penyair dan pengagum senja
yang sepi melawan balau
Pada kalimat pertama dan kedua juga baris
pertama dan ke dua penyair memberikan sebuah pertanyann yang membutuhkan
jawaban hal ini dapat kita lihat pada kutipan berikut.
o, duri, adakah kau
beri aku cena
o, onak, adakah kau pula menjerat raga
Di
mana kita tau kata o,duri, dan o,onak sifat subjeknya yaitu metafisik di pahami
dan di yakini eksistensinya bahwa o,duri, dan o, onak adalah sesuatu yang
berbahaya.
Lanjut pada kalimat ke tiga baris ke tiga penyair memberikan
sebuah pernyataan tentang sebuah pengandaian yang di kalimat tersebut ia
menekankan pada kata radangan kelu itu dapat terlihat pada kalimat
berikut.
seperti kau berikan radangan kelu
Pernyataan
tersebut seolah-olah di sampaikan langsung kepada seseorang yang di maksudnya
dalam puisi tersebut.
Kalimat pertma dan
kedua adalah sebuah kalimat yang menimbulkan sebuah pertanyaan yang spesifik
lanjut pada kalimat ketiga berbanding tebalik di mana kalimat ketiga adalah kalimat yang
menimbulkan pernyataan tetapi ketiga kalimat tersebut saling terkait dan
tertuju pada dua objek kata yaitu pada kata penyair
dan pengagum senja, hal di lihat.
pada penyair dan pengagum senja
pada penyair dan pengagum senja
Pada kalimat terakhir baris terakhir penyair
mengungkapkan perasaan kesendiriannya sampai ia mengungkapkan sebuaha kata pengandaian dimana maksud dari perasaan
kesendiriannya yaitu pada kata sepi dan
adapun yang di maksud dari kata pengandaian di atas yaitu terlihat pada kata balau, seperti kami ketahui bahwa kata
balau adalah kata yang mempunyai makna sebagai nama pohon. hal ini dapat kita
lihat pada uraian puisinya berikut.
yang sepi
melawan balau.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Segi
pendekatan strukturalnya
Pada
puisi Iwan Konawe yang berjudul “o,duri” dapat disimpulkan bahwa, puisi
ini mengandung unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik yaitu yang mengurai unsur
internal berupa (Diksi, Imaji, Kata Kongret,) dan unsur Eksternal yang berupa
(Tema, Rasa, Nada, Amanat), yang sangat kuat sehingga cocok dikaji dengan
pendekatan struktural.
2. Segi pendekatan Semiotiknya
Analisis menggunakan pendekatan
seiotik di gunakan agar mengetahui makna yang terkandung dalam puisi tersebut.
Seperti dalam puisi “o,duri” memiliki makna simbolik yang di gunakan oleh Iwan
Konawe untuk mengiaskan maksud yang ada, yakni kata
duri,cena,onak,raga,radangan,kelu,senja,balau. adalah kata yang menggunakan kata kias dan bersimbolik yang
di gunakan Iwan Konawe.
Daftar Pustaka
Konawe, Iwan. 2007. o,duri, dalam rumah PUNCAK puisi, 16 Oktober 2015
No comments:
Post a Comment