Penulis Indonesia yang mendunia

Penulis Indonesia yang mendunia

ANALISIS PUISI MENGGUNAKAN PENDEKATAN STRUKTURAL DAN PENDEKATAN SEMIOTIK

Thursday 29 October 2015

.






Tugas


                                 SEMIOTIKA




OLEH       :


                                                                    KELOMPOK VI
KETUA                            : Muhammad Syahid
TEMAN KELOMPOK    : Saswita Wikayani
                                          : Sri Wahyuni.K
                                          : Haryani
                                          : Isra Wahyuni





FAKULTAS ILMU BUDAYA
JURUSAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI
T/A 2015
BAB I
PENDAHULUAN

Analisis struktural puisi adalah analisis puisi ke dalam unsur-unsurnya dan fungsinya bahwa setiap unsur itu mempunyai makna hanya dalam kaitannya dengan unsur-unsur lainnya, bahkan juga berdasarkan tempatnya dalam struktur.
Puisi yang kami analisis, pada kesempatan kali ini adalah puisi yang berjudul “O, Duri” yang di ambil dari sebuah blog yaitu “Rumah Puncak Puisi” karya Iwan Konawe. Juga pada analisis puisi ini dari kelompok kami menggunaka dua pendekatan yakni pendekatan structural dan pendekatan semiotic.
Analisis struktural meliputi, struktur fisik dan struktur batin puisi. Struktur fisik (surface structure)  terdiri dari perwajahan puisi (tipografi), diksi, imaji,  kata konkret, rima dan irama. Sedangkan struktur batin (deep structure) terdiri dari tema (sense), rasa (feeling), nada (tone), dan amanat (intention). Sedangkan analisis menggunakan pendekan semiotic adalah pendekatan yang analisisnya mempertimbangkan tentang tanda yang mempunyai makna, Untuk mudahnya, baiklah di bawahini akan di kutip kembali puisi tersebut secara lengkap.

o, duri
o, duri, adakah kau beri aku cena
o, onak, adakah kau pula menjerat raga
seperti kau berikan radangan kelu
pada penyair dan pengagum senja
yang sepi melawan balau

kolaka, 26 agustus 2007
BAB II
KAJIAN ANALISIS

A.    Pendekatan Struktural, berbicara tentang pendekatan structural berarti kita kembali mengingat penjelasan di atas bahwa untuk menganalisis puisi menggunakan pendekatan strukturalnya itu di dalamnya ada dua jenis structural yaitu sebagai berikut:
1.      Struktural fisik  (surface structure
a.       Perwajahan puisi (tipografi)
Tipografi merupakan bentuk fisik atau penyusunan baris-baris dalam puisi.Peranan tipografi dalam puisi adalah untuk menampilkan aspek artistik visual dan untuk menciptakan nuansa makna tertentu.
Puisi O,Duri karya Iwan Konawe memiliki tipografi yang semi konsisten. Puisi ini terdiri dari satu bait dan terdapat lima baris kalimat yang beberapa barisnya memiliki kesamaan dalam penggunaan hruf akhiran yakni huruf  a dan u. Jumlah baris untuk bait pada puisi ini berpola 1-1. Yaitu lima baris pada baitnya.
b.      Diksi
Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
 Dalam puisi o,duri ini, Iwan Konawe seperti biasa memilih kata-kata yang sederhana namun indah dan penuh makna. Pemilihan kata yang Iwan lakukan membuat pembaca sajak ini merasakan dengan jelas suasana hati Iwan dan membuat puisi ini lebih bernyawa.
c.       Imaji
Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan.
Dalam puisi ini Iwan konawe tidak memunculkan teknik imaji yang dominan. Hanya saja dengan kelebihannya, Iwan Konawe masih saja mampu membut pembaca merasakan apa yang ia rasakan. Satu baris yang mungkin masih bisa digolongkan pada pengimajian adalah “o, onak, adakah kau pula menjerat raga”. Baris ini mengajak kita membayangkan situasi saat-saat kata menjerat raga tertuju pada kita.
d.      Kata Konkret
Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll., sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.
Dalam setiap penulisan puisinya, Chairil Anwar selalu memunculkan kata konkret sebagai ciri khasnya. Begitu pula halnya dengan puisi Penerimaan ini. Kata konkret pada puisi ini terwujud dalam baris “o, onak, adakah kau pula menjerat raga.
Onak, selalu identik dengan sebuah duri / ranjau, namun bukan Iwan Konawe namanya bila ia tidak menjadikan karyanya berbeda. Maka ia pun menulis o,onak,.
e.       Rima dan irama
Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Sedangkan irama adalah lagu kalimat yang digunakan penyair dalam mengapresiasikan puisinya.
Puisi ini memiliki rima yang konsisten karena tiga baris di antaranya puisi ini berakhiran huruf a dan dua baris di antaranya berakhiran huruf u. Sedangkan irama yang digunakan menggunakan irama yang menunjukkan keteguhan hati penyair dalam mempertahankan prinsipnya meski ia telah mendapat banyak cobaan . Irama yang dihasilkan terkesan menyiksa  karena susuanan kata pada tiap barisnya sendiri tersusun dari kata-kata yang mengandung makna penyiksaan.
2.      Struktur batin (deep structure)
a.       Tema (sense)
Media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan. Dalam puisi ini Iwan mengangkat tema penyiksaan. Yaitu tentang seorang lelaki yang ingin keluar dari cengkraman duri yang membuatnya terkurung dalam kegelisahan. Ini tergambar dari baris pertama dan kedua.
o, duri, adakah kau beri aku cena
o, onak, adakah kau pula menjerat raga
      Lelaki ini pun ingin mengatakan atau mengungkapkan apa yang dia rasakan namun sulit rasanya ia untuk mengatakannya langsung sehingga ia memutuskan untuk  mengandai-andai atau mengumpamakan tentang apa yang di rasakannya, melalui berbagai hal baik itu sifatnya benda, atau apapun. hal ini terlihat pada lanjutan puisi ini di baris ke tiga, keempat dan ke lima
seperti kau berikan radangan kelu
pada penyair dan pengagum senja
yang sepi melawan balau
b.      Rasa (feeling)
Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Dalam hal ini penyair merasakan semangat pengharapan dengan sedikit kecemasan bahwa apa yang dia alami selama ini akan terus begitu saja tampa ada perkembangan.
c.       Nada (tone)
Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
Pada puisi o,duri ini, Iwan konawe menuangkan perasaan harap-harap cemas dan ketakutan. Pengharapan yang ia rasakan dikarenakan pada dasarnya ia ingin keluar dari rasa ketakutan tersebut.
d.      Amanat (intention)
Pesan yang ingin disampaikan oleh Iwan Konawe secara khusus tentu ditujukan kepada kata si Kau dan Penyair itu sendiri. Yaitu agar ia mempertimbangkan penawaran Iwan dan memutuskan dengan tegas keputusan yang akan dia ambil oleh si aku  tersebut


B.     Pendekatan semiotic,metode analisis yang kami dapatkan  pada tahap ini yaitu dapat di lakukan  dengan dua tahapan utma yaitu:
Pertama, mealalui pembacaan Heuristik, tahapan ini terkait dengan sifat semiotika bahasa puisi yang membangun makna (significan) tunggal dan memusat sehingga terlebih dahulu puisi di baca menurut konvensi bahasa yang bersifat mimetic sehingga otomatis akan menimbulkan berbagai kemungkinan arti (meaning) yang terpecah. Pada pembacaan Heuristik di coba untuk memusatkan arti (meaning) yang beraneka ragam dan terpecah itu dalam satu makna tunggal. Akan tetapi menurut Riffatere pencapaian makna tunggal yang memusat secara konvensi bahasa belum mencukupi untuk memahami makna puisi yang sesungguhnya, bahkan akan di temukan masalah akibat adanya gaya bahasa puisi yang sifatnya tidak konsisten dengan dengan konteks sehingga akan sulit memahami maksud yang sesungguhnya.maka analisis harus di lanjutkan pada tahap,
Kedua yaitu, melalui pembacaan hermeneutic, yaitu pembacaan berdasarkan konvensi sastra atas struktur teks seperti halanya puisi sufistik dalam konvensi sastranya sering menggunakan metaphor-metaforaspesifik yang bias sifatny pengubahan makna, penciptaan makna baru, ataupun perusakan makna.
      Meskipun dari kelompok kami belum bisa memahi makna puisi ini secara sesungguhnya  namun setidaknya mampun memberikan sedikit gambaran, ungkapan tentang perasaan yang dimiliki si penyair maka dari itu kami hanya menggunakan tahapan pertama yaitu melalui pembacaan Heuristik dalam hal ini untuk  menganalisis puisi Iwan Konawe. di karenakan bait pada puisi hanya berjumlah satu bait dan lima baris kalimat. Untuk lebih jelasnya kami akan memperlihatakn kembali kutipan puisi secara lengkap.


o, duri
o, duri, adakah kau beri aku cena
o, onak, adakah kau pula menjerat raga
seperti kau berikan radangan kelu
pada penyair dan pengagum senja
yang sepi melawan balau
     
      Pada kalimat pertama dan kedua juga baris pertama dan ke dua penyair memberikan sebuah pertanyann yang membutuhkan jawaban hal ini dapat kita lihat pada kutipan berikut.
o, duri, adakah kau beri aku cena
 o, onak, adakah kau pula menjerat raga
Di mana kita tau kata o,duri, dan o,onak sifat subjeknya yaitu metafisik di pahami dan di yakini eksistensinya bahwa o,duri, dan o, onak adalah sesuatu yang berbahaya.
      Lanjut pada kalimat ke tiga baris ke tiga penyair memberikan sebuah pernyataan tentang sebuah pengandaian yang di kalimat tersebut ia menekankan pada kata radangan kelu itu dapat terlihat pada kalimat berikut.
seperti kau berikan radangan kelu
Pernyataan tersebut seolah-olah di sampaikan langsung kepada seseorang yang di maksudnya dalam puisi tersebut.
Kalimat pertma dan kedua adalah sebuah kalimat yang menimbulkan sebuah pertanyaan  yang spesifik  lanjut pada kalimat ketiga berbanding tebalik  di mana kalimat ketiga adalah kalimat yang menimbulkan pernyataan tetapi ketiga kalimat tersebut saling terkait dan tertuju pada dua objek kata yaitu pada kata penyair dan pengagum senja, hal di lihat.
pada penyair dan pengagum senja


      Pada kalimat terakhir baris terakhir penyair mengungkapkan perasaan kesendiriannya sampai ia mengungkapkan sebuaha kata  pengandaian dimana maksud dari perasaan kesendiriannya yaitu pada kata sepi dan adapun yang di maksud dari kata pengandaian di atas yaitu terlihat pada kata balau, seperti kami ketahui bahwa kata balau adalah kata yang mempunyai makna sebagai nama pohon. hal ini dapat kita lihat pada uraian puisinya berikut.
yang sepi melawan balau.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Segi pendekatan strukturalnya
Pada puisi Iwan Konawe yang berjudul “o,duri” dapat disimpulkan bahwa, puisi ini mengandung unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik yaitu yang mengurai unsur internal berupa (Diksi, Imaji, Kata Kongret,) dan unsur Eksternal yang berupa (Tema, Rasa, Nada, Amanat), yang sangat kuat sehingga cocok dikaji dengan pendekatan struktural.
2.      Segi pendekatan Semiotiknya
Analisis menggunakan pendekatan seiotik di gunakan agar mengetahui makna yang terkandung dalam puisi tersebut. Seperti dalam puisi “o,duri” memiliki makna simbolik yang di gunakan oleh Iwan Konawe untuk mengiaskan maksud yang ada, yakni kata duri,cena,onak,raga,radangan,kelu,senja,balau. adalah kata yang menggunakan kata kias dan bersimbolik yang di gunakan Iwan Konawe.


Daftar Pustaka
Konawe, Iwan. 2007. o,duri, dalam rumah PUNCAK puisi, 16 Oktober 2015





No comments:

Post a Comment