Nama : YUSTIKA IKRAM
NIM : N1A4 14 011
TWO
plus TWO is FIVE ??
Film
bukan hanya berfungsi sebagai penghibur, tapi juga berfungsi sebagai sarana
edukatif. Film yang kami nonton di perpustakaan pada hari Jumat bersama anggota
kelompok 1 adalah sebuah film pendek yang berjudul “ TWO and TWO”. Film pendek
berdurasi 6 menit 51 detik ini memberikan pelajaran yang sangat berharga. Tokoh
dan penokohan di film ini adalah guru yang otoriter, siswa yang penakut dan
pemberani. Film ini berlatar di sebuah ruangan kelas yang berukuran tidak
terlalu besar jika di bandingkan ruang kelas biasanya.
Berikut sinopsis dari
film “ TWO and TWO” :
Adegan
dimulai disebuah kelas dengan jumlah siswa 11 orang yang keseluruhannya adalah
laki-laki yang tengah bercanda, lalu tiba-tiba pintu terbuka dan seorang guru
laki-laki masuk ia memegang buku dengan raut wajah yang sangar seakan ingin
melahap para siswa yang ada di ruangan itu. Para siswa langsung diam dan wajah
mereka berubah menjadi takut serta cemas. Setelah guru meletakan buku di atas
meja, para siswa akan duduk namun sang
guru memberi instruksi untuk tetap berdiri. Sang guru melihat jam tangannya,
saat jam menunjukkan tepat jam 8, terdengar suara dari speaker sederhana yang
ada di dinding ruangan. Terdengar suara “yang sedang berbicaradi sini adalah
Kepala Sekolah kalian. Saya tidak ingin mengurangi setiap waktu belajar kalian
yang berharga, hanya mengajak anda untuk mengetahui bahwa hari ini akan ada
beberapa perubahan di dalam sekolah ini. Guru-gurumu akan menjelaskan lebih jauh
lagi. Perhatikanlah dan ikuti instruksi-instruksi mereka. Saya tahu anda akan
melakukan keduanya di sekolah dan teman sekelasmu bangga, terima kasih
anak-anak”.
Setelah
itu guru mengambil kapur dengan tangan kanannya dan penghapus dengan tangan
kirinya dan menulis di papan tulis yang ukurannya tidak terlalu besar 2 + 2 =
5, setelah itu ia menyuruh para siswa untuk mengulangnya sebanyak dengan volume
suara yang di perbesar. Setelah mengulangnya sebanyak 4 kali ada seorang anak
yang mengangkat tangan dan berkata “Tapi Pak, secara pasti 2 +2 = 4 ?” “Anda
telah mengatakan 2 + 2 = 5, anda tidak akan mempertanyakan ini” kata sang guru.
Siswa lalu berkata “Ya, Pak. Saya hanya pikir...” belum selesai murid itu
berbicara sang guru pun berkata “Jangan berpikir. Anda tidak perlu berpikir 2 +
2 = 5. Sekarang duduk dan diam”.
Setelah
siswa itu duduk, Ia pun menyuruh para siswa untuk menulis di buku catatan
mereka 2 + 2 = 5. Lalu seorang anak berkata “Pak ! 2 + 2 = 4 ! itu selalu 4!
Bagaimana jadi 5 ? sang guru berkata “siapa yang mengizinkanmu untuk bicara?
Bagaimana anda menanyakan itu? ”. Sang gurutetap bersikukuh bahwa 2 + 2 = 5
begitu pun dengan murid laki-laki itu. Siswa laki-laki itu bahkan berbalik
kepada teman-temannya sambil memberikan instruksi dengan jarinya bahwa 2 + 2 =
4. Sang guru yang mulai naik pitam menyuruhnya diam dan jangan bergerak sampai
ia kembali. Seorang siswa lalu berkata “kamu akan membawa kita semua dalam
masalah. Kamu telah mempermalukannya. Dia akan membunuhmu”. Sang guru. Lalu
sang guru masuk diikuti tiga orang siswa laki-laki yang berbadan lebih besar.
Sang
guru berkata pada kepada tiga siswa itu “siswa lancang ini pikir dia lebih
baik”. Sang guru pun menyuruh siswa itu untuk mengulang lagi jawaban dari 2 + 2
. Sang siswa tetap pada pendiriannya bahwa jawabannya adalah 4. Setelah
mendengar jawaban itu sang guru
menjelaskan bahwa ketiga siswa ini adalah siswa terbaik. Guru itu pun
bertanya pada ketiga siswa terbaik itu 2 + 2 = ..? Ketiga siswa itu dengan
tegas menjawab 5. Setelah itu Ia menyuruh
siswa laki-laki itu untuk maju ke depan dan menuliskan jawabannya di papan
tulis. Ketiga siswa itu lalu berdiri di belakang siswa laki-laki sambil
menodongkan senjata.
Walaupun
itu kesempatan terakhir yang di berikan padanya, tanpa rasa takut siswa itu
tetap menulis angka 4. Setelah menulis Ia mengahadap ke depan teman –temannya
dengan penuh keyakinan dan ketiga siswa terbaik langsung menarik pelatuk
semjata. Siswa laki-laki itu langsung tumbang dengan darah mengotori seragam
putihnya dan papan tulis terkena percikan darahnya.
Menyaksikan
itu, para siswa menjadi semakin takut dan cemas. Setelah itu sang guru berkata
ini adalah pelajaran untuk hari ini dan apakah ada yang tidak dimengerti ? Ia
bertanyaseolah tidak membutuhkan jawaban. Ia lalu menyuruh ketiga siswa atu
untuk membawa mayat itu keluar, dua orang mengangkatnya dan seorang membukakan
pintu. Sebelum menutup kembali pintu, siswa menunduk seolah memberi hormat pada
guru lalu menutup pintu.
Setelah
mereka keluar, Ia menghapus tulisan 2 + 2 = 4, lalu menulis di paapn tulis buku
2 + 2 = 5 dengan angka 5 yang dibuat lebih besar dari biasanya lalu menyuruh
siswa untuk menulisnya lagi di buku dan menyuruh para siswa untuk mengulangnya.
Para siswa mengikuti instruksinya, namun ada seorang siswa yang duduk di
belakang menulis 2 + 2 = 5 kemudian menghapus angka 5 dan menggantinya dengan
angka 4.
Dari
sinopsis di atas kita dapat mengambil amanat : jangan jadi pemimpin yang
otoriter, kebenaran harus tetap di tegakan walaupun harus mempertaruhkan nyawa,
jangan hanya diam jika melihat sesuatu yang tidak benar atau ketidakadilan.
No comments:
Post a Comment