NAMA : WA ODE HASMILA
STAMBUK :
N1A4 14 057
PRODI : SASTRA INDONESIA
PRODI : SASTRA INDONESIA
ISI
PUISI DAN UNSUR-UNSURNYA
A. Pengertian Puisi
Secara etimologis, kata puisi berasal dari bahasa
Yunani yaitu “poesis” yang berati “penciptaan”. Dalam bahasa Inggris, kata
puisi ini adalah poetry yang erat dengan –poet dan -poem. Menurut Coulter
(dalam Tarigan, 1986:4), kata “poet”
berasal dari Yunani yang “berarti membuat
atau mencipta”. Dalam bahasa Yunani sendiri, kata poet berarti orang yang
mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau
yang amat suka kepada dewa-dewa.
Puisi adalah salah satu cabang sastra yang
menggunakan kata-kata, rima dan irama sebagai media penyampaian untuk
membuahkan ekspresi, ilusi dan imajinasi. Dalam puisi keindahan ilusi, penataan
unsur bunyi juga merupakan gambaran gagasan penciptanya/penyairnya.
B.
Unsur-Unsur
Puisi
Secara sederhana, batang tubuh puisi terbentuk dari
beberapa unsur, yaitu kata, larik , bait, bunyi, dan makna. Kelima unsur ini
saling mempengaruhi keutuhan sebuah puisi.
1. Kata
adalah unsur utama terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan kata (diksi) yang tepat
sangat menentukan kesatuan dan keutuhan unsur-unsur yang lain. Kata-kata yang
dipilih diformulasi menjadi sebuah larik.
2. Larik
(atau baris) mempunyai pengertian berbeda dengan kalimat dalam prosa. Larik
bisa berupa satu kata saja, bisa frase, bisa pula seperti sebuah kalimat. Pada
puisi lama, jumlah kata dalam sebuah larik biasanya empat buat, tapi pada puisi
baru tak ada batasan.
3. Bait
merupakan kumpulan larik yang tersusun harmonis. Pada bait inilah biasanya ada
kesatuan makna. Pada puisi lama, jumlah larik dalam sebuah bait biasanya empat
buah, tetapi pada puisi baru tidak dibatasi.
4. Bunyi
dibentuk oleh rima dan irama. Rima (persajakan) adalah bunyi-bunyi yang
ditimbulkan oleh huruf atau kata-kata dalam larik dan bait. Sedangkan irama
(ritme) adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut
ucapan bunyi. Timbulnya irama disebabkan oleh perulangan bunyi secara
berturut-turut dan bervariasi (misalnya karena adanya rima, perulangan kata,
perulangan bait), tekanan-tekanan kata yang bergantian keras lemahnya (karena
sifat-sifat konsonan dan vokal), atau
panjang pendek kata. Dari sini dapat dipahami bahwa rima adalah salah satu
unsur pembentuk irama, namun irama tidak hanya dibentuk oleh rima. Baik rima
maupun irama inilah yang menciptakan efek musikalisasi pada puisi, yang membuat
puisi menjadi indah dan enak didengar meskipun tanpa dilagukan.
5. Makna
adalah unsur tujuan dari pemilihan kata, pembentukan larik dan bait. Makna bisa
menjadi isi dan pesan dari puisi tersebut. Melalui makna inilah misi penulis
puisi disampaikan.
Ø Unsur Isi Puisi (Makna Puisi)
·
Tema
·
Rasa
·
Nada
·
Amanat
Ø Unsur Metode Puisi (Cara
Pengungkapan Puisi)
·
Diksi
·
Imajinasi
·
Kata
Nyata
·
Rima/Irama,
terbagi menjadi tiga, yaitu:
-
Onomatope
(tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi
Sutadji C.B.),
-
Bentuk
intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak
berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya.
-
Pengulangan
kata/ungkapan. Rima merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya
bunyi. Rima sangat menonjol dalam pembacaan puisi.
Contoh puisi
yang mengandung rima dan irama yang indah yaitu:
Kunang-kunang
Kunang-kunang, kunang-kunang, kunang-kunang
Kau bawa ke mana lampu-lampumu
Datanglah kemari kunang-kunangku
Berilah padaku lampu-lampumu
Kunang-kunang, kunang-kunang, kunang-kunangku
Bagai ratna biru warna lampumu
Di malam gulita kunang-kunangku
Bersinar cuaca lampu-lampumu
(Karangan Pak Dal dikutip dari Rusyana, 1982)
Kunang-kunang, kunang-kunang, kunang-kunang
Kau bawa ke mana lampu-lampumu
Datanglah kemari kunang-kunangku
Berilah padaku lampu-lampumu
Kunang-kunang, kunang-kunang, kunang-kunangku
Bagai ratna biru warna lampumu
Di malam gulita kunang-kunangku
Bersinar cuaca lampu-lampumu
(Karangan Pak Dal dikutip dari Rusyana, 1982)
Unsur-unsur
puisi bisa dibedakan menjadi dua struktur, yaitu struktur batin dan struktur
fisik.
Ø Struktur Fisik Puisi
1. Perwajahan puisi (tipografi), yaitu
bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri,
pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf
kapital dan diakhiri dengan tanda titik.
2. Diksi, yaitu pemilihan kata-kata
yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya
sastra yang sedikit kata-kata namun dapat mengungkapkan banyak hal, maka
kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi
erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
3. Imaji, yaitu kata atau susunan
kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan,
pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
·
imaji
suara (auditif),
·
imaji
penglihatan (visual), dan
·
imaji
raba atau sentuh (imaji taktil).
Imaji
dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti
apa yang dialami penyair.
4. Kata kongkret, yaitu kata yang dapat
ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan
dengan kiasan atau lambang.
5. Bahasa figuratif, yaitu bahasa
berkias yang dapat menghidupkan atau meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi
tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya
memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Bahasa figuratif disebut juga
majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain: metafora, simile, personifikasi, litotes,
ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks,
antiklimaks, satire, parsprototo, totemproparte, hingga paradoks.
6. Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan
metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir
baris puisi.
Ø Struktur Batin Puisi
1. Tema atau makna (sense), media puisi
adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi
harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
2. Rasa (feeling), yaitu sikap penyair
terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya.. Kedalaman
pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung
pada kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi
saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan
kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
3. Nada (tone), yaitu sikap penyair
terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa.
4. Amanat/tujuan/maksud (itention),
sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan
tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui
dalam puisinya.
Puisi terbagi menjadi dua, yaitu:
a.
Puisi lama
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan.
Aturan-aturan itu antara lain:
·
Jumlah
kata dalam 1 baris
·
Jumlah
baris dalam 1 bait
·
Persajakan
(rima)
·
Banyak
suku kata tiap baris
·
Irama
1. Jenis-jenis puisi lama
·
Mantra
merupakan puisi tua, keberadaannya dalam masyarakat Melayu pada mulanya bukan
karya sastra, melainkan lebih banyak berkaitan dengan adat dan kepercayaan.
·
Gurindam
adalah puisi lama yang berasal dari tamil (india). (Fitri Rahmawati, S.Pd, 2015:20-21)
2. Ciri-ciri
Puisi Lama:
·
Anonim
(pengarangnya tidak diketahui)
·
Terikat
jumlah baris, rima, dan irama
·
Merupakan
kesusastraan lisan
·
Gaya
bahasanya statis (tetap) dan klise
·
Isinya
fantastis dan istanasentri
b.
Puisi baru
Puisi baru disebut juga puisi modern. Bentuk puisi baru
lebih bebas dari pada puisi lama. Kalau puisi lama sangat terikat pada
aturan-aturan yang ketat berbeda dengan puisi baru.
Ø Hakikat puisi ada tiga hal, yaitu:
-
Sifat
seni atau fumgsi estetika
Sebuah puisi haruslah indah.unsur-unsur keindahan dalam
puisi, misalnya: rima, irama, pilihan kata yang tepat, dan gaya bahasanya.
-
Kepadatan
Puisi
sangat padat makna atau pesan. Artinya, penulis hanya mengemukakan inti masalahnya.
Jadi kata-kata perlu dipilih supaya mampu mengungkapkan gagasan yang
sebenarnya.
-
Ekspresi
tidak langsung
Puisi
banyak menggunakan kata kiasan. Bahasa kias adalah ucapan yang tidak langsung.
Jadi dia harus memilih kata yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya. (Fitri Rahmawati, S.Pd, 2015:22)
Ø Ciri-ciri
Puisi Baru:
·
Pengarangnya
diketahui
·
Tidak
terikat jumlah baris, rima, dan irama
·
Berkembang
secara lisan dan tertulis
·
Gaya
bahasanya dinamis (berubah-ubah)
·
Isinya
tentang kehidupan pada umumnya
Hal - Hal Yang Di Perlukan Dalam Membaca Puisi
Ø Ketepatan ekspresi/mimik
Ekpresi
adalah pernyataan perasaan hasil penjiwaan puisi. Mimik adalah gerak air muka.
·
Kinesik
yaitu gerak anggota tubuh.
·
Kejelasan
artikulasi
Ø Artikulasi
Artikulasi yaitu ketepatan dalam melafalkan kata-
kata.
·
Timbre
yaitu warna bunyi suara (bawaan) yang dimilikinya.
·
Irama
puisi artinya panjang pendek, keras lembut, tinggi rendahnya suara.
·
Intonasi
atau lagu suara
Ø Intonasi
Ada tiga jenis intonasi antara
lain sebagai berikut :
·
Tekanan
dinamik yaitu tekanan pada kata- kata yang dianggap penting.
·
Tekanan
nada yaitu tekanan tinggi rendahnya suara. Misalnya suara tinggi menggambarkan
keriangan, marah, takjud, dan sebagainya. Suara rendah mengungkapkan kesedihan,
pasrah, ragu, putus asa dan sebagainya.
·
Tekanan
tempo yaitu cepat lambat pengucapan suku kata atau kata.
DAFTAR PUSTAKA
Firdausia, Asma, Arrani. 2013. Definisi Puisi dan Unsur-unsurnya. www.duniasastra.com
Hidayat Mahfud. 2012. Pengertian Puisi dan Unsur-Unsurnya. www.sastraindonesia.com
Rahmawati,
Fitri, S.Pd. 2015. Jurus Kilat Menguasai
Sastra Indonesia. Jakarta: Laskar Aksara.
No comments:
Post a Comment