STAMBUK ; N1A4 14 031
PEREMPUAN PEMARAH DAN PEMALAS
Setiap orang dilahirkan dengan karakternya
masing-masing. Karakter dapat digambarkan sebagai sifat manusia yang
berbeda-beda, mulai dari sifat pemarah, pemalas, penyayang, pendendam, dan lain
sebagainya. Sifat pemarah dan pemalas termasuk sebagai salah satu dari
kecenderungan-kecenderungan atau passion yang ada didalam diri manusia. Dari
kecenderungan-kecenderungan tersebut
terdapat beberapa sifat lain seperti sifat kasihsayang, cinta, rindu hingga
menjadi suatu kemalasan yang kemudian menimbulkan amarah. Secara moral atau
manusiawi, bahwa kecenderungan diatur oleh akal budi seseorang itu sendiri.
Emosi dan perasaan dapat diangkat kedalam kebajikan atau dapat dirusakkan oleh
kebiasaan buruk seperti sifat pemarah dan pemalas. Dengan demikian, kemarahan
dan kemalasan seseorang sebenarnya tidak dapat langsung dikatakan sebagai
sesuatu yang salah, namun jika hal itu tidak dikendalikan oleh akal budi dan
menjadi kebiasaan buruk, itu dapat dikatakan sesuatu yang salah secara moral.
Suatu kemarahan yang masih dapat diterima secara moral adalah kemarahan orang
tua dalam mendidik anaknya, jika si anak berbuat kesalahan yang disengaja.
Dalam hal ini, orang tua berhak marah, namun tidak boleh sampai kehilangan
kendali.
Kemalasan
adalah musuh kreativitas. Jika kita malas, maka sulit untuk kita bisa mencapai
hal-hal yang berarti. Kita mungkin sering kali menunda-nuda sesuatu, atau
bahkan jika kita melakukannya, kita melakukan dengan setengah hati, sehingga
hasil berkualitas tinggi tidak akan tercapai dengan cara-cara seperti itu.
Perempuan,
adalah individu utama yang lebih dominan memiliki sifat pemarah dan pemalas.
Misal, ketika seorang perempuan sedang tidak ingin diganggu, tetapi kemudian
salah satu temannya mengajaknya berbicara atau bercanda tetapi mood si perempuan
sedang tidak bagus, maka secara spontan perempuan tersebut langsung meluapkan
kemarahannya. Begitu juga dengan sifat malas, ketika seorang perempuan sudah
terlanjur marah, maka disitu akan menimbulkan rasa malas yang muncul akibat
kemarahan perempuan itu senidiri.
Sebut
saja Destarina dan Karliani, dua
perempuan sekaligus bersahabatan yang
masih menduduki bangku perkuliahan ini memiliki sifat yang sangat jauh berbeda.
Rambut Destarina dibaluti jilbab, sedangkan rambut Karliani dibiarkan menganga
dan ditiup angin siang itu. Ditengah teriknya matahari, dua perempuan ini
menuju loket pembelian tiket dengan berjalan kaki. Anehnya, mulai dari tempat
menuju loket pembelian tiket hingga sampai ke stasiun kereta, dua perempuan ini
terlihat sedang cukcok disepanjang jalan. Pertengkaran ini terjadi dikarenakan
kemalasan Destarina yang membuat Karliani marah.
Kemarahan
Karliani tidak membuat Destarina patah semangat untuk terus membujuk temannya
itu agar mau mendengarkan pembicaraanya. Tetapi itulah sifat Karliani yang acuh
tak acuh dengan temannya sehingga membuat perempuan ini enggan menghilangkan
sifat marah pada Destarina yang terlalu malas.
Sembari
menunggu datangnya kereta, dua perempuan ini mendudukki tempat duduk yang sama
tetapi dengan jarak yang berjahuan. Karena rasa malas yang telah mendominasi
diri Destarina, akhirnya dia memutuskan untuk menulis memo kepada temannya yang
bertuliskan ‘’Cha, 10 menit lagi bangunin Aku, yah’’, dan memutuskan untuk tidur
sejenak, Karliani hanya melihat sinis temannya dan membaca pesan singkat yang
ditulis temannya.
Waktu
terus berjalan, kereta yang ditunggu-tunggu dua perempuan ini akhirnya datang
juga. Karena sifat marah yang berlebihan, Karliani pun langsung masuk kedalam
kereta tanpa membangunkan temannya yang sedang tertidur pulas. Karena rasa
malas yang telah menguasai dirinya, akhirnya Destarina baru terbangun tepat
pukul 3;48, ketika ia mendengarkan suara-suara orang berbicara disekitarnya.
Dengan tatapan yang masih buram, dia melihat disekelilingnya orang-orang yang
berdiri disepanjang halte, dan lebih mengejutkan lagi, ia tidak lagi melihat
temannya yang tadinya duduk bersama sekarang hanyalah sepotong surat pendek
dari temannya yang berisi ‘’Woi bangun udah 10 menit, kereta kamu datang.’’
Destarina hanya diam membisu seakan kebingungan atas apa yang telah terjadi.
Dari
pelajaran diatas, dapat disimpulkan bahwa Emosi dan perasaan dapat diangkat
kedalam kebajikan atau dapat dirusakkan oleh kebiasaan buruk seperti sifat
pemarah dan pemalas. Dengan demikian, kemarahan dan kemalasan seseorang
sebenarnya tidak dapat langsung dikatakan sebagai sesuatu yang salah, namun
jika hal itu tidak dikendalikan oleh akal budi dan menjadi kebiasaan buruk, itu
dapat dikatakan sesuatu yang salah secara moral. Mengikuti nafsu marah berarti
membuang-buang waktu anda yang berharga, begitu juga dengan rasa malas.
Berusahalah mengendalikan emosi dan jangan mau diperbudak oleh sifat malas dan
sifat pemarah, karena tujuan hidup kita adalah yang paling penting. Anggaplah
kemarahan dan kemalasan adalah musuh besar yang membuat kita bisa dijahui atau
menjahui orang lain.
No comments:
Post a Comment